Tuesday, September 30, 2014

UMKM + Internet = Profit






“@ChefCarlCasper Now you see us, now you don’t. El Jefe cruishing Frenchmen Street #ElJefe”
“@ChefCarlCasper Just parked! See if you can figure out where El Jefe is. Start getting hungry! #ElJefe” 

Kutipan tweet diatas merupakan sebagian dari tweet-tweet yang dibuat oleh seorang anak berumur sepuluh tahun yang ikut dalam tur sang ayah menjual sandwich dengan menggunakan truk atau dikenal food truck. Ayahnya adalah seorang chef yang dulu bekerja di restoran sebelum nama sekaligus kariernya hancur oleh seorang food blogger yang mengkritis habis-habisan masakan  si Chef. Sang Chef berhenti bekerja di restoran dan akhirnya memilih  menjual makanan berpindah-pindah dari satu ke kota lain menggunakan truk yang diberi nama El Jefe Food Truck. Atas ide jenius sang anak yang melek teknologi, hanya mengandalkan Twitter dan Facebook, mereka harus melayani pembeli yang bejibun  mengantri untuk membeli makanan sederhana buatan sang Chef. Lama kelamaan nama sang Chef yang hancur kembali menjadi terkenal. 

Film Chef (2014) yang disutradarai oleh Jon Favreau sekaligus tokoh utama cerita mungkin sebuah film bertema ‘biasa’ tapi merupakan sebuah tontonan yang cocok bagi para pelaku UMKM atau  para pelaku start up yang baru memulai usaha. Sebuah film yang secara tidak langsung memberitahu kita bahwa transformasi teknologi komunikasi  memiliki pengaruh kuat dan mampu mendukung  perkembangan sebuah usaha. 

Teknologi komunikasi seperti laptop, PC netbook, smartphone bukanlah sebagai barang mewah bagi kalangan rakyat Indonesia pun begitu juga dengan internet. Hal itu bisa dibuktikan dengan jumlah pengguna perangkat smartphone yang meningkat dari tahun ke tahun. Dikutip dari the-marketeers.com bahwa survey yang dilakukan pada pertengahan tahun 2013 oleh Yahoo! dan Mindshare, terdapat sekitar 41,3 juta orang pengguna smartphone di Indonesia. Selain itu,  seorang analis kawakan Horace H. Dediu menyebutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat kelima  besar pengguna smartphone bersanding dengan China, India, USA, Brazil. 

Pertumbuhan pengguna smartphone yang meningkat tersebut menyebabkan pengguna internet pun juga ikut meningkat.  Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka pertumbuhan pengguna internet di Indonesia hingga akhir tahun 2013 sudah mencapai 71,19 juta orang. Jumlah tersebut meningkat 13 persen dibandingkan catatan akhir 2012 sebanyak 63 juta orang. Pola penggunaan para pengguna internet digambarkan sebagai berikut, di posisi pertama hampir 95,75% pengguna memanfaatkan internet untuk surat elektronik, peringkat selanjutnya  untuk mencari berita/informasi (78,49%), mencari barang/jasa (77,81%), informasi lembaga pemerintahan (65,07%), sosial media (61,23%). Dari hasil statistik ini bisa dipastikan bahwa internet merupakan kebutuhan primer yang tidak bisa ditawar lagi seperti halnya kebutuhan primer lainnya. Para pengguna internet rela merogoh kocek tidak sedikit untuk tetap terkoneksi dengan dunia virtual. Jumlah pengguna internet Indonesia akan terus meningkat untuk tahun-tahun berikutnya. Bahkan menurut laporan dari International Telecomunications Union (ITU), jumlah pengguna internet dunia mendekati 40% total populasi bumi. Sebuah jumlah yang cukup mencengangkan. 

Melihat fenomena lajunya pertumbuhan pengguna gadget dan diikuti pengguna internet, para pelaku usaha UMKM dalam negeri sepertinya belum sadar akan peluang ini untuk menarik konsumen lebih luas. Di Indonesia, tidak banyak para pelaku UMKM yang melek IT sekaligus menggunakan teknologi tersebut dalam membangun dan mengembangkan usaha.

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Syarifuddin Hasan mengatakan (dikutip dari Republika.co.id) di Indonesia terdapat lebih dari 56,5 juta UKM di berbagai bidang. 99,8 persennya adalah UMKM. Mereka adalah salah satu tulang punggung ekonomi nasional menyumbang 57% GDP (Gross Domestic Product). Selain itu, UMKM juga menampung hingga 97% dari total tenaga kerja saat ini. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik, hanya 75 ribu pelaku usaha yang menggunakan website sebagai media pemasaran. Hal itu sangat disayangkan karena dengan melalukan transformasi teknologi komunikasi seperti internet, media sosial, blog, website sebagai media pemasaran, para produsen bisa menjangkau lebih banyak konsumen sekaligus memasarkan produk secara global hingga mencapai luar negeri. Tanpa disadari bahwa transformasi teknologi tersebut mampu mendukung usaha UMKM. 

Adapun beberapa alasan mengapa para pelaku usaha UMKM masih menggunakan cara konvensional seperti menggelar lapak dan menjual secara face to face. Mereka berpikir bahwa mempelajari internet dan mengoperasikan komputer merupakan hal yang rumit. Terlebih lagi bagi pelaku usaha yang sudah cukup berumur membutuhkan waktu untuk mempelajari teknologi. Kemudian, stigma bahwa biaya internet yang tidak murah. Padahal inovasi strategi pemasaran dalam melakukan dan mengembangkan sebuah usaha sangat penting jika ingin mempertahankan usaha tersebut. Peluang majunya teknologi komunikasi mau tidak mau harus dimanfaatkan oleh pelaku UMKM jika tidak ingin usahanya bangkrut. 

Transformasi internet
Ide si anak Chef menggunakan Twitter sebagai media pemasaran untuk memberitahu lokasi tempat penjualan Food Truck mereka menyebabkan mereka harus melayani pembeli yang bejibun mengantri pesanan. Internet tidaklah harus melulu untuk mencari informasi di Google, update status di Facebook dan Twitter tapi ada kekuatan lebih dari sekedar menghabiskan waktu jika teknologi tersebut digunakan untuk perkembangan usaha bagi para pelaku UMKM. Si anak Chef secara tidak langsung menerapkan salah satu transformasi teknologi komunikasi yaitu internet marketing atau pemasaran internet yang menggunakan media sosial sebagai media pemasaran. 

Pada tahun 2013, Indonesia menduduki peringkat keempat pengguna Facebook (riset Social Bakers) dan peringkat kelima pengguna Twitter terbesar di dunia (riset Semiocast). Kemudian riset yang dilakukan oleh tim WeAreSocial Singapore pada tahun ini mengungkapkan bahwa pengguna internet Indonesia mampu menghabiskan waktu di depan laptop selama 5 jam lebih tiap hari, sedangkan bagi pengguna smartphone menghabiskan waktu 2,5 jam tiap harinya. Selain itu mereka juga menghabiskan waktu 3 jam setiap hari untuk mengakses media sosial. Info ini bisa dijadikan bahan referensi peta pasar marketing sekaligus peluang yang bisa dimanfaatkan para pelaku UMKM untuk memasarkan barang dan meningkatkan penjualan, karena sebagian besar penopang usaha berasal dari pemasaran. 

Internet marketing merupakan sebuah salah satu bentuk transformasi teknologi komunikasi yang sangat murah untuk melakukan pemasaran produk atau jasa. Terlebih bagi pelaku UMKM yang memiliki dana terbatas untuk promosi. Ada banyak jenis internet marketing yang bisa digunakan, seperti media sosial, toko online (website), mengandalkan forum jual beli atau situs jual beli yang memberikan akses kepada pengguna untuk membuka toko dengan cara mendisplay foto barang dagangan. Para pelaku usaha bisa menggunakan salah satu atau  bahkan lebih bagus jika menggabungkan semuanya. 

Sudah banyak pelaku usaha yang sukses menuai keuntungan dari transformasi internet. Film Chef hanyalah film fiksi tetapi adakah contoh nyata lainnya? Kripik Maicih merupakan salah satunya. Kripik yang sangat terkenal dengan level pedasnya ini memakai internet marketing mirip yang dilakukan oleh si anak Chef.

Dengan menggunakan akun Twitter, Maicih yang menawarkan kripik singkong dengan level pedas yang berbeda dipasarkan dengan cara unik yakni berpindah-pindah tempat (dengan istilah keren mereka yaitu gentayangan) dan hanya bisa dilacak oleh konsumen yang memfollow akun mereka. Strategi via media sosial tersebut menyebabkan para konsumen rela antri demi membeli Maicih. Strategi yang cukup unik itu pun akhirnya ramai diperbincangkan di Twitter dan dunia maya hingga sekarang Maicih sudah masuk ke supermarket-supermarket yang bisa dijangkau oleh para pembeli. 

Masa depan UMKM Indonesia
Sebentar lagi UMKM Indonesia akan menghadapi era ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang merupakan area pasar dagang bebas negara-negara ASEAN yang akan diberlakukan pada tahun 2015. Para ahli dan analis mengatakan bahwa Indonesia belum siap menghadapi persaingan AFTA 2015. Kesiapan Indonesia menghadapi AFTA jauh tertinggal dibandingkan dengan negara ASEAN lain seperti Malaysia atau Singapura. Salah satu penyebabnya karena pertumbuhan ekonomi yang belum merata, hanya terpusat di kota-kota besar. Mau tidak mau AFTA bisa dijadikan tantangan atau ancaman bagi pelaku UMKM dalam negeri. 

Jika para pelaku UMKM tidak mampu bersaing dengan negara-negara lain, maka dapat dipastikan bahwa Indonesia hanya akan menjadi negara konsumen bukan produsen. Bukan memposisikan diri sebagai pemasar tapi menjadi pasar produk luar negeri. Jika hal itu terjadi maka dipastikan ‘bencana’ akan menimpa Indonesia. Perkembangan ekonomi Indonesia akan carut marut karena salah satu penunjang ekonomi terbesar yaitu UMKM kalah bersaing dengan produk negara ASEAN lain. Untuk mencegah imbas buruk dari AFTA tersebut maka pemerintah dan pelaku UMKM bersama-sama mempersiapkan langkah strategis agar produk UMKM Indonesia bisa bersaing dan Indonesia bisa menjadi produsen. 

Salah satu langkah strategis tersebut adalah memasarkan produk menggunakan internet. Pelaku UMKM bukan hanya dituntut untuk meningkat kualitas produk tetapi juga harus melek IT dan bisa memasarkan produk secara luas sehingga bisa bersaing dengan produk-produk dari negara ASEAN lain. Dengan melalukan pemasaran menggunakan  jejaring media sosial, blog atau membuka toko online, suatu usaha berpotensi memiliki pangsa pasar yang lebih luas tanpa terkendala jarak dan waktu. Pun demikian pelaku UMKM mampu mengoptimalkan peluang pemasaran internet tersebut dan menarik konsumen dalam negeri melalui promosi dan sosialisasi sehingga rakyat Indonesia mau melirik dan peduli untuk mencintai produk dalam negeri. 

Kekuatan pemasaran internet tidak hanya membantu para pelaku UMKM mengembangkan usaha dan memperluas produk secara global dalam menghadapi AFTA, tapi juga ikut mendukung perkembangan dan pertumbuhan para UMKM baru memulai usahanya.

Pada zaman dulu, untuk memasarkan produk  melalui televisi, radio, atau koran harus mengeluarkan biaya yang cukup mahal. Belum lagi harus menyewa ruko atau tempat berjualan. Sedangkan, dengan menggunakan teknologi komunikasi seperti sekarang ini, para pelaku usaha bisa memasarkan produk secara bebas dan murah. Kenapa murah? Karena strategi pemasaran melalui internet hanya memerlukan modal yang sedikit, yaitu biaya akses internet, biaya pembuatan toko online, memakai jasa iklan yang gratis maupun berbayar, dan waktu pengoperasian. Selain itu, teknik pemasaran internet juga mudah dipraktekkan oleh banyak orang. 

Pemasaran internet yang mudah dan murah tersebut menyebabkan berkembangnya para pelaku usaha baru UMKM atau dalam bahasa lain ‘start up’. Mereka  para pelaku start up UMKM merupakan para mahasiswa fresh graduate melek IT, yang memiliki usaha kreatif dan mengembangkan usahanya menggunakan kekuatan internet seperti media social, blog, toko online. Bahkan dengan biaya pembuatan toko online yang murah mereka tidak harus mencari tempat penjualan yang cukup menguras waktu dan uang. Pertumbuhan UMKM baru ini sangat berperan penting dalam perkembangan ekonomi Indonesia selain menyerap tenaga kerja lebih besar di masa depan. Pelaku UMKM yang sudah berpengalaman pun bisa mencari orang-orang yang andal dalam mengoperasikan komputer sekaligus menggunakan internet. Dengan begitu pelaku usaha bisa fokus dalam pengembangan produk dan tidak perlu repot mempelajari internet. 

Mungkin si anak Chef terlihat iseng menggunakan Twitter untuk mengupdate perjalanan bisnis sang ayah tetapi secara tidak langsung kekuatan transformasi teknologi komunikasi seperti media sosial juga ikut turut berperan serta. Jika para pelaku usaha menggunakan transformasi terknologi komunikasi seperti internet marketing (pemasaran internet) dalam memasarkan produknya, maka dipastikan mereka dapat menjangkau konsumen tanpa terhalang sekat batas seperti waktu, tempat, bahkan geografis sekalipun. Menggabungkan kekuatan teknologi internet dan UMKM bukan hanya mendukung perkembangan usaha seperti mendapat keuntungan dan konsumen lebih besar, tetapi juga ikut meningkatkan pereknomian bangsa dan bisa bersaing dalam menghadapi AFTA 2015 nanti. 

Maka dari itu pemerintah seharusnya ikut andil untuk mendukung dan memajukan UMKM dengan memberikan sosialisasi atau peyuluhan sekaligus pelatihan  agar para pelaku usaha bisa mengoperasikan komputer dan internet.  Selain itu membangun infrastruktur bagi pelaku usaha UMKM daerah terpencil dengan menyediakan akses jaringan internet. 

Transformasi teknologi komunikasi memang memiliki dampak yang luar biasa bagi perkembangan UMKM. Bahkan saya sudah merasakan internet sangat berpengaruh bagi sebuah usaha. Meskipun saat itu saya hanyalah seorang reseller yang menjual kaos dan gantungan kunci lalu memasarkannya di forum jual beli, tetapi setiap bulan saya bisa mendapatkan  pesanan hingga lebih dari sepuluh kaos tanpa promosi secara besar-besaran sekalipun. UMKM ditambah internet memang mendatangkan profit.  

Note: Artikel opini ini diikutkan dalam Lomba Karya Tulis XL Award 2014
 

Sunday, September 28, 2014

Review: Bulan Terbelah di Langit Amerika



Setelah buku 99 Cahaya di Langit Eropa menjadi novel islami best seller menyusul filmnya sukses besar di Indonesia tahun lalu, duo suami istri, Hanum dan Rangga kembali meliris kelanjutan cerita travelling mereka di pertengahan tahun 2014 dengan judul Bulan Terbelah di Langit Amerika. Sesuai judulnya, novel ini sangat berbeda dari 99 Cahaya di Langit Eropa yang lebih menitik beratkan tentang pengalaman travelling dan mencari bukti islam di benua biru. Bulan Terbelah di Langit Amerika menyorot percampuran antara fiksi, sejarah, travelling, agama di negara Adidaya. Selain itu, novel ini memiliki persamaan dengan buku sebelumnya yaitu mengingatkan kita untuk menjadi agen muslim yang baik di manapun dan kapanpun kita berada.

Buku dengan ‘taste’ berbeda  dari  sang duo penulis ini membuat saya tidak pernah berhenti membaca dan membalikkan halaman demi halaman untuk menyaksikan sebuah cerita tentang skenario Tuhan yang luar biasa. Seakan-akan Tuhan memberikan misi kepada kedua penulis untuk mengungkapkan sebuah tugas besar kepada dunia

Cerita  bermula di Wina, ketika Hanum menerima sebuah pekerjaan untuk meliput dan mewawancarai para narasumber yang menjadi korban tragedi 9/11 di Amerika. Dengan tema sensasional ‘Would the world be better without Islam?’ yang dipinta langsung oleh Gertrud Robinson, sang pemimpin redaksi Koran Heute ist Wunderbar demi menyelamatkan koran ‘gratis’ tersebut dari kebangkrutan. Hanum merasa keberatan dengan tema tersebut tetapi pada akhirnya ia menerima tantangan itu karena bukan hanya dia ingin membela keyakinannya tapi ia lebih ingin membuktikan bahwa stigma tersebut tidak terbukti. 

Rangga mendapatkan inspirasi untuk tema paper berikutnya berdasarkan sebuah berita di koran tentang seorang jutawan AS Phillipus Brown. Pada saat yang bersamaan professor Reinhard menginginkan Rangga ke Amerika untuk meliput acara konferensi  dengan keynote speaker adalah Phillipus Brown sendiri. Sebuah kebetulan diluar dugaan, Hanum dan Rangga akan memulai perjalanan bersama ke negara Adidaya dengan tugas mereka masing-masing.

 
"Tidak mudah memahami jalan takdir, karena takdir tak akan berjalan dengan arahan navigasi manusia. GPS Tuhan lah penentunya."
 

 Hanum dan Rangga tidak percaya dengan kebetulan yang mereka dapatkan.  Semua sudah digariskan oleh Maha Kuasa sampai akhirnya Tuhan menghendaki mereka berdua berpisah untuk sementara waktu. Selama perpisahan tersebut, mereka harus menyelesaikan misi yang  sudah ditetapkan oleh Tuhan untuk mereka masing-masing. 

          Hanum bertemu dengan narasumber yang ia cari, orang-orang yang membagi kesedihan dan kepedihan mereka sebagai keluarga korban tragedi 9/11. Azima yang tidak pernah bertemu dengan jasad suaminya, Ibrahim Hussein. Ia pun harus rela melepaskan hijab demi sang ibu penderita Alzheimer yang mengingat dirinya lah penyebab kematian ayahnya. Michael Jones yang menentang pembangunan Mesjid Ground Zero demi menghormati sang almahumah istri hingga pengejaran Rangga kepada Phillipus Brown, sang jutawan AS yang memiliki rahasia besar dibalik sifat kedemarwanannya.
 

"Terkadang kita memang tidak adil pada hidup kita sendiri. Tatkala tiada pilihan, kita menggerutu. Padahal Tuhan tak memberi pilihan lain karena telah menunjukkan itulah satu-satunya pilihan terbaik bagi hidup kita."

  
 Mereka harus rela bertahan dalam kesedihan dan kepedihan selama delapan tahun sebagai keluarga korban hingga Tuhan menunjukkan kekuasaaan melalui skenario indah-Nya. Tidak hanya mempertemukan Rangga dan Hanum kembali tetapi menunjukkan bahwa ada sebuah hikmah terindah yang diciptakan Tuhan bagi kepedihan dan kehilangan Azima dan Michael.

Di sepanjang jalan cerita, kita akan disuguhkan sejarah keterkaitan antara Amerika dan Islam yang cukup mencengangkan. Saya tidak pernah tahu bahwa ada Al Quran versi Thomas Jefferson sang Founding Father, orang-orang Melungeon, gambar visual Nabi Muhammad di dinding Supreme Court atau Mahkamah Agung Amerika Serikat dan masih banyak kejutan lainnya.  

Jalan cerita yang susah ditebak, kejutan-kejutan tak terduga sepanjang cerita hingga rasa haru  yang saya rasakan selama membaca novel ini. Sepanjang menyaksikan keajaiban jalan cerita ini, saya bisa merasakan bagaimana hidup dan mati berada tepat di depan mata ketika orang-orang terjebak di dalam gedung WTC yang dalam hitungan menit akan hancur berkeping-keping. Apakah saya tetap berjuang mencari jalan keluar seperti suami Azima atau pasrah dengan takdir Tuhan menjadi korban. Inilah salah satu nilai plus dari novel ini bagaimana Hanum dan Rangga bisa mengaduk emosi dan membawa pembaca hadir di dalam cerita dan merasakan jalan cerita seakan-akan nyata.


Selain nilai plus tersebut, ada lagi hal lain yang  saya sukai dari novel ini. Pada bagian akhir buku, dijelaskan   terlepas dari pemaparan sejarah dan fakta ilmiah di dalam buku, pembaca bisa berpikir kritis untuk mencari tahu tentang sejarah Amerika di dalam buku ini melalui sumber-sumber lain. Bagian penjelasan inilah yang paling saya sukai dimana penulis tidak harus menjelaskan secara detail di bawah halaman tentang sejarah yang mereka ceritakan di dalam cerita. Hal ini secara tidak langsung mengajak pembaca ikut berpikir kritis mencari kebenaran.  Pun pembaca seperti saya yang belum pernah menginjakkan kaki di Amerika, mau tidak mau harus mencari tahu penggambaran visual dan landmark di dua kota yang menjadi setting inti cerita yaitu New York dan Washington DC. 

Bukan hanya dituntut untuk berpikir kritis untuk mencari tahu tentang sejarah Amerika tapi novel ini juga membuat saya bertanya dan berpikir apa hubungan antara isi cerita dan judul. Sebuah judul yang sangat kontroversial dan membuat penasaran hingga saya bertanya-tanya ketika pertama kali membeli novel ini. Apalagi pikiran saya langsung teringat dengan salah satu mukjizat Rasulullah yaitu membelah bulan. Sampai akhirnya saya paham maksud tersembunyi dari judul tersebut setelah selesai membaca novel. Sebuah judul dan jalan cerita yang memang tidak biasa dan sangat jenius. 

Novel ini mengajarkan bahwa sekalipun kita dihadang masalah sepedih dan seberat apapun, yakinlah bahwa skenario Tuhan lebih jenius dibanding para orang jenius sekalipun. Tetap yakin dan percaya bahwa Tuhan telah menyiapkan kado terindah untuk kita. 

Sebuah novel sarat makna yang tidak hanya membuat saya menjadi tahu sejarah keterkaitan Amerika dan Islam, tapi membuat saya berpikir bahwa dunia memang sampai kapan pun tidak akan lebih baik tanpa Islam. Islam sangat membutuhkan agen-agen muslim seperti Ibrahim Hussein, Hanum, Rangga sehingga fenomena  islamophobia dan gemboran media Barat akan citra Islam yang negatif semakin lama semakin hilang di bumi. Secara tidak langsung novel Bulan Terbelah di Langit Amerika mengingatkan kita agar menjadi muslim yang selalu menampilkan Islam yang indah.  Saya berharap novel ini  bisa menjadi novel inspirasi bagi orang-orang yag masih termakan stigma Islam yang negatif. Sekaligus bisa diperkenalkan ke  belahan dunia lain sehingga orang-orang non Muslim tahu bahwa Islam mengajarkan kedamaian bukan sebaliknya. Two thumbs up for Hanum and Rangga, Islam sangat butuh karya jenius kalian selanjutnya.