“@ChefCarlCasper Now you see us,
now you don’t. El Jefe cruishing Frenchmen Street #ElJefe”
“@ChefCarlCasper Just parked! See
if you can figure out where El Jefe is. Start getting hungry! #ElJefe”
Kutipan
tweet diatas merupakan sebagian dari tweet-tweet yang dibuat oleh seorang
anak berumur sepuluh tahun yang ikut dalam tur sang ayah menjual sandwich dengan menggunakan truk atau
dikenal food truck. Ayahnya adalah
seorang chef yang dulu bekerja di
restoran sebelum nama sekaligus kariernya hancur oleh seorang food blogger yang mengkritis
habis-habisan masakan si Chef. Sang Chef berhenti bekerja di restoran dan akhirnya memilih menjual makanan berpindah-pindah dari satu ke
kota lain menggunakan truk yang diberi nama El Jefe Food Truck. Atas ide jenius
sang anak yang melek teknologi, hanya mengandalkan Twitter dan Facebook, mereka
harus melayani pembeli yang bejibun mengantri
untuk membeli makanan sederhana buatan sang Chef.
Lama kelamaan nama sang Chef yang
hancur kembali menjadi terkenal.
Film
Chef (2014) yang disutradarai oleh Jon
Favreau sekaligus tokoh utama cerita mungkin sebuah film bertema ‘biasa’ tapi
merupakan sebuah tontonan yang cocok bagi para pelaku UMKM atau para pelaku start up yang baru memulai usaha. Sebuah film yang secara tidak
langsung memberitahu kita bahwa transformasi teknologi komunikasi memiliki pengaruh kuat dan mampu
mendukung perkembangan sebuah usaha.
Teknologi
komunikasi seperti laptop, PC netbook,
smartphone bukanlah sebagai barang mewah bagi kalangan rakyat Indonesia pun
begitu juga dengan internet. Hal itu bisa dibuktikan dengan jumlah pengguna
perangkat smartphone yang meningkat
dari tahun ke tahun. Dikutip dari the-marketeers.com bahwa survey yang
dilakukan pada pertengahan tahun 2013 oleh Yahoo! dan Mindshare, terdapat
sekitar 41,3 juta orang pengguna smartphone
di Indonesia. Selain itu, seorang analis
kawakan Horace H. Dediu menyebutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat kelima besar pengguna smartphone bersanding dengan China, India, USA, Brazil.
Pertumbuhan
pengguna smartphone yang meningkat tersebut
menyebabkan pengguna internet pun juga ikut meningkat. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka
pertumbuhan pengguna internet di Indonesia hingga akhir tahun 2013 sudah
mencapai 71,19 juta orang. Jumlah tersebut meningkat 13 persen dibandingkan
catatan akhir 2012 sebanyak 63 juta orang. Pola penggunaan para pengguna internet
digambarkan sebagai berikut, di posisi pertama hampir 95,75% pengguna
memanfaatkan internet untuk surat elektronik, peringkat selanjutnya untuk mencari berita/informasi (78,49%),
mencari barang/jasa (77,81%), informasi lembaga pemerintahan (65,07%), sosial
media (61,23%). Dari hasil statistik ini bisa dipastikan bahwa internet merupakan
kebutuhan primer yang tidak bisa ditawar lagi seperti halnya kebutuhan primer
lainnya. Para pengguna internet rela merogoh kocek tidak sedikit untuk tetap
terkoneksi dengan dunia virtual. Jumlah pengguna internet Indonesia akan terus
meningkat untuk tahun-tahun berikutnya. Bahkan menurut laporan dari International
Telecomunications Union (ITU), jumlah pengguna internet dunia mendekati 40%
total populasi bumi. Sebuah jumlah yang cukup mencengangkan.
Melihat
fenomena lajunya pertumbuhan pengguna gadget
dan diikuti pengguna internet, para pelaku usaha UMKM dalam negeri sepertinya belum
sadar akan peluang ini untuk menarik konsumen lebih luas. Di Indonesia, tidak
banyak para pelaku UMKM yang melek IT sekaligus menggunakan teknologi tersebut
dalam membangun dan mengembangkan usaha.
Menteri
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Syarifuddin Hasan mengatakan (dikutip dari
Republika.co.id) di Indonesia terdapat lebih dari 56,5 juta UKM di berbagai
bidang. 99,8 persennya adalah UMKM. Mereka adalah salah satu tulang punggung
ekonomi nasional menyumbang 57% GDP (Gross
Domestic Product). Selain itu, UMKM juga menampung hingga 97% dari total
tenaga kerja saat ini. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik, hanya 75 ribu
pelaku usaha yang menggunakan website sebagai media pemasaran. Hal itu sangat
disayangkan karena dengan melalukan transformasi teknologi komunikasi seperti internet,
media sosial, blog, website sebagai media pemasaran, para produsen bisa menjangkau
lebih banyak konsumen sekaligus memasarkan produk secara global hingga mencapai
luar negeri. Tanpa disadari bahwa transformasi teknologi tersebut mampu
mendukung usaha UMKM.
Adapun beberapa
alasan mengapa para pelaku usaha UMKM masih menggunakan cara konvensional
seperti menggelar lapak dan menjual secara face to face. Mereka berpikir bahwa
mempelajari internet dan mengoperasikan komputer merupakan hal yang rumit.
Terlebih lagi bagi pelaku usaha yang sudah cukup berumur membutuhkan waktu
untuk mempelajari teknologi. Kemudian, stigma bahwa biaya internet yang tidak murah. Padahal
inovasi strategi pemasaran dalam melakukan dan mengembangkan sebuah usaha
sangat penting jika ingin mempertahankan usaha tersebut. Peluang majunya
teknologi komunikasi mau tidak mau harus dimanfaatkan oleh pelaku UMKM jika
tidak ingin usahanya bangkrut.
Transformasi internet
Ide si anak Chef menggunakan Twitter sebagai media pemasaran untuk memberitahu lokasi
tempat penjualan Food Truck mereka menyebabkan mereka harus melayani pembeli
yang bejibun mengantri pesanan. Internet tidaklah harus melulu untuk mencari
informasi di Google, update status di Facebook dan Twitter tapi ada kekuatan
lebih dari sekedar menghabiskan waktu jika teknologi tersebut digunakan untuk
perkembangan usaha bagi para pelaku UMKM. Si anak Chef secara tidak langsung menerapkan salah satu transformasi
teknologi komunikasi yaitu internet
marketing atau pemasaran internet yang menggunakan media sosial sebagai
media pemasaran.
Pada tahun
2013, Indonesia menduduki peringkat keempat pengguna Facebook (riset Social
Bakers) dan peringkat kelima pengguna Twitter terbesar di dunia (riset
Semiocast). Kemudian riset yang dilakukan oleh tim WeAreSocial Singapore pada
tahun ini mengungkapkan bahwa pengguna internet Indonesia mampu menghabiskan
waktu di depan laptop selama 5 jam lebih tiap hari, sedangkan bagi pengguna smartphone menghabiskan waktu 2,5 jam
tiap harinya. Selain itu mereka juga menghabiskan waktu 3 jam setiap hari untuk
mengakses media sosial. Info ini bisa dijadikan bahan referensi peta pasar
marketing sekaligus peluang yang bisa dimanfaatkan para pelaku UMKM untuk
memasarkan barang dan meningkatkan penjualan, karena sebagian besar penopang
usaha berasal dari pemasaran.
Internet marketing merupakan sebuah salah
satu bentuk transformasi teknologi komunikasi yang sangat murah untuk melakukan
pemasaran produk atau jasa. Terlebih bagi pelaku UMKM yang memiliki dana
terbatas untuk promosi. Ada banyak jenis internet
marketing yang bisa digunakan, seperti media sosial, toko online (website),
mengandalkan forum jual beli atau situs jual beli yang memberikan akses kepada
pengguna untuk membuka toko dengan cara mendisplay foto barang dagangan. Para
pelaku usaha bisa menggunakan salah satu atau
bahkan lebih bagus jika menggabungkan semuanya.
Sudah banyak
pelaku usaha yang sukses menuai keuntungan dari transformasi internet. Film Chef hanyalah film fiksi tetapi adakah
contoh nyata lainnya? Kripik Maicih merupakan salah satunya. Kripik yang sangat
terkenal dengan level pedasnya ini memakai internet
marketing mirip yang dilakukan oleh si anak Chef.
Dengan menggunakan
akun Twitter, Maicih yang menawarkan kripik singkong dengan level pedas yang
berbeda dipasarkan dengan cara unik yakni berpindah-pindah tempat (dengan
istilah keren mereka yaitu gentayangan) dan hanya bisa dilacak oleh konsumen
yang memfollow akun mereka. Strategi via media sosial tersebut menyebabkan para
konsumen rela antri demi membeli Maicih. Strategi yang cukup unik itu pun akhirnya
ramai diperbincangkan di Twitter dan dunia maya hingga sekarang Maicih sudah
masuk ke supermarket-supermarket yang bisa dijangkau oleh para pembeli.
Masa depan UMKM Indonesia
Sebentar lagi UMKM
Indonesia akan menghadapi era ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang merupakan area
pasar dagang bebas negara-negara ASEAN yang akan diberlakukan pada tahun 2015. Para
ahli dan analis mengatakan bahwa Indonesia belum siap menghadapi persaingan
AFTA 2015. Kesiapan Indonesia menghadapi AFTA jauh tertinggal dibandingkan
dengan negara ASEAN lain seperti Malaysia atau Singapura. Salah satu
penyebabnya karena pertumbuhan ekonomi yang belum merata, hanya terpusat di
kota-kota besar. Mau tidak mau AFTA bisa dijadikan tantangan atau ancaman bagi
pelaku UMKM dalam negeri.
Jika para
pelaku UMKM tidak mampu bersaing dengan negara-negara lain, maka dapat
dipastikan bahwa Indonesia hanya akan menjadi negara konsumen bukan produsen.
Bukan memposisikan diri sebagai pemasar tapi menjadi pasar produk luar negeri. Jika
hal itu terjadi maka dipastikan ‘bencana’ akan menimpa Indonesia. Perkembangan ekonomi
Indonesia akan carut marut karena salah satu penunjang ekonomi terbesar yaitu
UMKM kalah bersaing dengan produk negara ASEAN lain. Untuk mencegah imbas buruk
dari AFTA tersebut maka pemerintah dan pelaku UMKM bersama-sama mempersiapkan
langkah strategis agar produk UMKM Indonesia bisa bersaing dan Indonesia bisa
menjadi produsen.
Salah satu
langkah strategis tersebut adalah memasarkan produk menggunakan internet. Pelaku
UMKM bukan hanya dituntut untuk meningkat kualitas produk tetapi juga harus
melek IT dan bisa memasarkan produk secara luas sehingga bisa bersaing dengan produk-produk
dari negara ASEAN lain. Dengan melalukan pemasaran menggunakan jejaring media sosial, blog atau membuka toko
online, suatu usaha berpotensi memiliki pangsa pasar yang lebih luas tanpa
terkendala jarak dan waktu. Pun demikian pelaku UMKM
mampu mengoptimalkan peluang pemasaran internet tersebut dan menarik konsumen
dalam negeri melalui promosi dan sosialisasi sehingga rakyat Indonesia mau
melirik dan peduli untuk mencintai produk dalam negeri.
Kekuatan pemasaran internet tidak hanya membantu para
pelaku UMKM mengembangkan usaha dan memperluas produk secara global dalam menghadapi
AFTA, tapi juga ikut mendukung perkembangan dan pertumbuhan para UMKM baru memulai
usahanya.
Pada zaman dulu,
untuk memasarkan produk melalui
televisi, radio, atau koran harus mengeluarkan biaya yang cukup mahal. Belum
lagi harus menyewa ruko atau tempat berjualan. Sedangkan, dengan menggunakan
teknologi komunikasi seperti sekarang ini, para pelaku usaha bisa memasarkan
produk secara bebas dan murah. Kenapa murah? Karena strategi pemasaran melalui
internet hanya memerlukan modal yang sedikit, yaitu biaya akses internet, biaya
pembuatan toko online, memakai jasa iklan yang gratis maupun berbayar, dan
waktu pengoperasian. Selain itu, teknik pemasaran internet juga mudah
dipraktekkan oleh banyak orang.
Pemasaran internet yang mudah dan murah tersebut menyebabkan
berkembangnya para pelaku usaha baru UMKM atau dalam bahasa lain ‘start up’.
Mereka para pelaku start up UMKM merupakan para mahasiswa fresh graduate melek IT, yang memiliki usaha kreatif dan mengembangkan
usahanya menggunakan kekuatan internet seperti media social, blog, toko online.
Bahkan dengan biaya pembuatan toko online yang murah mereka tidak harus mencari
tempat penjualan yang cukup menguras waktu dan uang. Pertumbuhan UMKM baru ini
sangat berperan penting dalam perkembangan ekonomi Indonesia selain menyerap
tenaga kerja lebih besar di masa depan. Pelaku UMKM yang sudah berpengalaman
pun bisa mencari orang-orang yang andal dalam mengoperasikan komputer sekaligus
menggunakan internet. Dengan begitu pelaku usaha bisa fokus dalam pengembangan
produk dan tidak perlu repot mempelajari internet.
Mungkin si anak Chef terlihat iseng menggunakan Twitter
untuk mengupdate perjalanan bisnis sang ayah tetapi secara tidak langsung
kekuatan transformasi teknologi komunikasi seperti media sosial juga ikut turut
berperan serta. Jika para pelaku usaha menggunakan transformasi terknologi komunikasi
seperti internet marketing (pemasaran
internet) dalam memasarkan produknya, maka dipastikan mereka dapat menjangkau konsumen
tanpa terhalang sekat batas seperti waktu, tempat, bahkan geografis sekalipun. Menggabungkan
kekuatan teknologi internet dan UMKM bukan hanya mendukung perkembangan usaha seperti
mendapat keuntungan dan konsumen lebih besar, tetapi juga ikut meningkatkan
pereknomian bangsa dan bisa bersaing dalam menghadapi AFTA 2015 nanti.
Maka dari itu pemerintah seharusnya ikut andil untuk mendukung
dan memajukan UMKM dengan memberikan sosialisasi atau peyuluhan sekaligus
pelatihan agar para pelaku usaha bisa
mengoperasikan komputer dan internet. Selain
itu membangun infrastruktur bagi pelaku usaha UMKM daerah terpencil dengan menyediakan
akses jaringan internet.
Transformasi teknologi komunikasi memang memiliki dampak
yang luar biasa bagi perkembangan UMKM. Bahkan saya sudah merasakan internet
sangat berpengaruh bagi sebuah usaha. Meskipun saat itu saya hanyalah seorang reseller
yang menjual kaos dan gantungan kunci lalu memasarkannya di forum jual beli,
tetapi setiap bulan saya bisa mendapatkan pesanan hingga lebih dari sepuluh kaos tanpa
promosi secara besar-besaran sekalipun. UMKM ditambah internet memang
mendatangkan profit.
Note:
Artikel opini ini diikutkan dalam Lomba Karya Tulis XL Award 2014