Saturday, May 4, 2013

Menyelami Kisah Cita dan Cinta Sang Dahlan Muda



Judul Buku     : Surat Dahlan
Penulis           : Krishna Pabichara
Penerbit         : Noura Books (PT. Mizan Publika)
Tebal             : 396 halaman
Tahun            : 2013
ISBN            : 978-602-7816-25-1

Sekuel kedua novel mega best seller Sepatu Dahlan akhirnya keluar juga pada bulan Januari 2013 dengan judul sama yang sudah dipublish di lembaran akhir novel Sepatu Dahlan, yaitu Surat Dahlan. Novel ini mengisahkan kisah perjalanan sang Dahlan muda saat ia merantau dan kuliah di Bumi Etam, Samarinda. Selain itu  dalam novel ini juga mengisahkan perjalanan kisah  cita dan cinta Dahlan muda yang selama ini belum pernah kita dengar lewat media.  Melalui ide-ide cemerlang yang dikelola dan ditulis oleh Krishna Pabichara, sang penulis, kita disuguhkan kisah yang tidak kalah menarik dari novel pertama, Sepatu Dahlan, yang lebih banyak menceritakan masa kecil Dahlan Iskan. 

Krishna Pabichara lahir di  Borongtammatea, Jeneponto, Makassar pada 10 November 1975. Dia telah menelurkan 16 buku, fiksi maupun  non fiksi. Novel pertamanya, Sepatu Dahlan termasuk dalam 5 Besar Anugerah Pembaca Indonesia 2012. Penulis yang sering disapa Daeng Marewa ini juga bekerja sebagai penyunting lepas dan aktif dalam berbagai kegiatan literasi. Di blognya, dusunkata.blogspot.com, ia kerap menulis sajak-sajak dan puisi. Tidak mengherankan, penulis yang bertempat tinggal di Bogor ini merupakan seorang pecinta prosa dan puisi dengan dibuktikan melalui bahasa-bahasa indah yang ia tulis di dalam novel Surat Dahlan. 

Alangkah memalukannya aku bila tak bisa melawan penyakit rindu, walaupun penyakit ini lebih menyesakkan  daripada asma atau gigilnya lebih parah  daripada  demam bermalam-malam.

Cerita Surat Dahlan bermula ketika Dahlan sudah memasuki tahun ketiganya di Bumi Etam, Samarinda. Walaupun rasa rindu kepada Bapak dan kampung halaman melingkupi hatinya tapi ia harus bertahan terhadap jalan yang sudah ia pilih. Dahlan yang kuliah di PTAI (Perguruan Tinggi Agama Islam)  tidak merasa bersemangat kuliah lagi karena teori-teori yang ia dapatkan dari dosen berbeda dengan kenyataan. Tapi, dia tetap melanjutkan kuliahnya karena janjinya kepada Aisha untuk bertemu kembali setelah tiga tahun. Untuk membuang rasa jenuhnya, Dahlan bergabung dalam organisasi PII (Pelajar Islam Indonesia). 

Dan ia bersama teman-temannya merencanakan untuk menggelar aksi di Tugu Nasional hingga berujung ia dikejar-kejar oleh tentara sampai akhirnya ia jatuh ke jurang, ditemukan dan dirawat oleh Nenek Saripa. Sampai akhirnya ia ditawari oleh Sayid, keponakan nenek Saripa untuk menjadi seorang wartawan di Mimbar Masyarakat. Bagian inilah kisah cita atau karier Dahlan dimulai. Dahlan meninggalkan kuliahnya dan fokus akan peluang menjadi wartawan. Rasa cintanya pada surat kabar mengalihkan pikiran Dahlan terhadap Aisha dan Maryati yang memendam rasa cinta kepadanya. Bahkan Dahlan tidak menyangka Nafsiah, seorang perempuan dari Loa Kulu dan teman satu organisasinya di PII memendam rasa suka kepadanya. 

 Ketika ia memulai karier sebagai wartawan yang belum mempunyai pengalaman, Dahlan pun tidak patah semangat ketika tulisan pertamanya dicerca habi-habisan oleh Syuhaini, redaktur pelaksana Mimbar Masyarakat. Bahkan ia terus berjuang dan belajar sampai akhirnya ia mendapat gaji pertamanya. Karier Dahlan pun menemukan puncak ketika ia diangkat menjadi seorang redaktur pelaksana Mimbar Masyarakat. Sampai akhirnya ia meminang Nafsiah, Dahlan muda terus bekerja keras dan belajar hingga ia menjadi kepala biro daerah majalah Tempo di Surabaya. Dan perjalanan cita-nya sampai ketika ia diamanahi utnuk membenahi Jawa Pos. Atas desakan Rully, anak pertamanya, Dahlan muda pun berkunjung ke Kebon Dalem dan bertemu dengan bapak, adik dan teman-teman kecilnya yang telah ia tinggalkan lebih dari sepuluh tahun.

“Terkutuklah rindu, yang teruntuk hanya bagimu.”

Kisah perjalanan cinta Dahlan muda ini sangat menarik kita baca di dalam novel dan sangat berbeda dari kisah cinta anak-anak zaman sekarang. Ditambah lagi surat-surat tengah bulan yang selalu dikirim oleh Aisha yang penuh dengan kata-kata indah pun menambah nilai plus untuk novel surat Dahlan. Pun bahkan ketika sang Dahlan muda ingin meminang Nafsiah melalui selembar kain tenun doyo dengan motif limar  harus berakhir tragis karena Dahlan tidak sanggup menyatakan keinginannya pada Nafsiah. Didalam novel ini kita pun bisa menemukan sisi romantisme Dahlan yang lebih banyak terukir di dalam diary-nya walaupun ia tidak bisa berakting romantis di depan orang yang ia sukai. 

Cover Surat Dahlan ini sangat bagus dengan gambaran sang Dahlan muda duduk di tepi Sungai Mahakam di sore hari yang tidak pernah sepi dari lalu lalang kapal pengangkut batu bara. Apalagi gambar cover tersebut menggambarkan awal cerita novel tersebut ketika Dahlan duduk di selasar  rumah Mbak Atun yang tidak jauh  dari tepi sungai Mahakam dan sedang terjangkiti “penyakit para perantau “ yaitu rindu kampung, begitu istilah yang digunakan oleh sang penulis.

Novel Surat Dahlan ini memiliki kelebihan antara lain, bahasa yang digunakan sederhana dan sangat indah seperti bahasa puisi atau prosa. Hal itu dibuktikan dari surat yang ditulis Aisha dan tulisan diary sang Dahlan muda. Selain itu keunggulan novel ini terletak pada kisah-kisah atau hikayat yang disampaikan oleh Bapak Iskan di dalam novel yang membuat novel ini kaya dengan hikmat kehidupan.  Contohnya di  bagian akhir bab di dalam novel, ketika Pak Iskan menceritakan tentang pertanyaan dan pernyataan Imam Al Ghazali sehingga membuat Dahlan dan teman-temannya yang mendengar cerita itu menjadi terdiam. Selain itu, surat Pak Iskan yang berisi tentang pesan Nabi Isa as kepada para pengikutnya sehingga membuat Dahlan merasa tertohok membacanya ketika ia merasa tidak semangat dalam  kuliah.

Kekurangan di dalam  novel ini yaitu tidak ada arti dari beberapa kalimat berbahasa Jawa yang digunakan oleh Mbak Atun dan Mas Sam ketika berbicara dengan Dahlan. Jika seorang pembaca yang tidak familiar dengan bahasa Jawa pasti merasa penasaran dengan kalimat-kalimat tersebut. 

“Kita memang dilahirkan bersama rasa takut, tapi  kita tak boleh gentar menghadapi apapun.”

Novel ini layak dibaca untuk semua kalangan yang ingin mengenal lebih dalam kisah  masa muda seorang Dahlan Iskan yang dipenuhi oleh cinta dan cita. Novel ini sarat dengan pesan dan hikmah yang disampaikan kepada pembaca melalui beberapa cerita hikayat dan petuah yang disampaikan oleh Pak Iskan. Selain itu  novel ini juga memotivasi seseorang untuk tidak pantang menyerah terhadap pilihan hidup yang sudah dipilih seperti dikisahkan di dalam novel,  saat sang Dahlan muda mulai tergila-gila dengan surat kabar. Sampai akhirnya buah kerja kerasnya tersebut  menghantarkan dirinya menjadi seseorang yang dipercayai oleh petinggi Tempo untuk menangani dan membenahi Jawa Pos.

Monday, March 11, 2013

Event #PostcardFiction [ SURAT CINTA PINK THEME]: Surat Cinta untuk Tuhan




SURAT CINTA PINK THEME

Surat Cinta untuk Tuhan
Pekanbaru, 10 Maret 2013
            Dear Tuhan,
            Di sepertiga malam terakhir ini aku ingin curhat kepada-Mu. Walaupun lima menit yang lalu aku sudah menumpahkan segala keluh kesahku di sujud terakhirku, tapi rasanya ada sesuatu yang mengganjal di hati ini jika tidak kuceritakan kepada-Mu. Sebelum aku menceritakan ganjalan itu, aku ingin berkata bahwa aku sangat menyayangi-Mu, Tuhan. Sejak aku dekat dengan-Mu, aku merasa damai dan tentram. Apalagi sejak aku memutuskan untuk bercinta pada-Mu di sepertiga malam terakhir yang sudah kulakukan sejak seminggu yang lalu, aku semakin cinta dan sayang kepada-Mu. Aku tahu bahwa sebelum aku dekat pada-Mu, aku selalu menjauhi dan membangkang perintah yang Kau titahkan kepada seluruh manusia yang Kau cintai. Sampai akhirnya Kau murka. Yah, karena sifat angkuhku yang tidak memerlukan bantuan-Mu saat tunanganku meregang nyawa, akhirnya Kau marah dan mencabut nyawanya.
            Dear Tuhan,
            Aku berterima kasih bahwa peristiwa itu menjadikanku seperti sekarang ini. Aku minta maaf. Sungguh aku hanyalah manusia hina dan tidak ada apa-apanya dibanding diri-Mu. Berada didekat-Mu aku tidak merasa sepi lagi semenjak Kau mengambil orang yang kucintai. Mungkin Kau cemburu atau mungkin Kau tidak suka membagi cintaku kepadanya. Tapi, aku tahu bahwa Kau mempunyai alasan dibalik itu semua. Aku hanya ikhlas menerima apapun yang Kau takdirkan karena Kau lebih mengetahui apapun yang terbaik untukku.
            Dear Tuhan,
            Sebenarnya ganjalan yang hadir di hatiku ini adalah aku berharap bisa menemukan seseorang yang mengisi hari-hariku di masa depan. Seseorang yang bisa memimpinku dan menemaniku sampai ajal menjemput kami berdua. Aku tidak bermaksud menduakan-Mu. Bukan, bukan begitu. Kau tetaplah cinta pertama dan terakhirku. Tapi, aku pun juga manusia biasa yang tidak bisa hidup tanpa seseorang disampingku. Kuberharap Kau mempertemukanku dengan seseorang seperti diriku yang mencintai-Mu selamanya.
            Tuhan, entah kenapa aku merasa takut seseorang itu bukan seperti yang kuharapkan. Melihat lakon ayah dan ibu yang dipertontonkan kepadaku lebih banyak cekcok daripada menunjukkan sisi romantisme. Bahkan aku masih mengingat dengan jelas niat ibu yang ingin berpisah dengan ayah. Aku tahu bahwa seseorang itu adalah rahasia-Mu. Dan aku tidak memiliki kekuasaan atas hal itu. Yang bisa kulakukan adalah berusaha memperbaiki diri ini dan berdoa kepada-Mu berharap aku bisa mendapatkan dia sesuai apa yang kuharapkan.
            Dear Tuhan,
            Tolong kuatkan diriku akan masa depan yang belum terjadi. Aku tahu bahwa Engkau sangat mencintaiku dan tidak akan sembarang memilih seseorang untukku. Tapi aku yakinkan diriku bahwa aku harus mempersiapkan diri ini untuk bertemu dengan seseorang dari masa depan. Seseorang yang kuharapkan bisa seperti Rasulullah yang diciptakan untuk Khadijah, Ali untuk Fathimah, Habibie untuk Ainun, Dahlan untuk Nafsiah. Ah, sebelum aku mengakhiri surat ini, sampaikan salamku kepada dia, seseorang dari masa depanku. Aku akan setia menunggu hingga Kau mempertemukan kami berdua.
Salam Cinta
Hamba-Mu
 
           

 



Event #PostcardFiction [ FIKSI MINI DARK THEME]: Cinta Membunuhku



FIKSI MINI DARK THEME     
       Cinta Membunuhku
 
“Jam delapan? Okay, really miss you.” Aku menutup telepon dan tersenyum. Baru seminggu kami berdua menjalani hubungan, aku baru bisa merasakan bahwa diriku telah jatuh cinta. Yah, aku benar-benar telah jatuh ke perangkapnya. Perangkap Cinta. Ah, beginikah rasa cinta itu. Aku akui aku memang telat merasakan cinta.  Pekerjaan adalah segala-galanya bagiku sampai seminggu yang lalu dia membuat hati, pikiran dan tubuh ini tidak bisa tidur sepanjang malam.
Cinta oh cinta, kau begitu mempesona. Aku yakin dia adalah seseorang yang ditakdirkan untukku. Walaupun hanya seminggu mengenalnya, tapi dia merupakan tipe idaman untuk calon pendamping hidupku. Bukan karena paras ayunya  tapi sifat dan sosoknya pun secantik dirinya. Bahkan jika tidak berlebihan aku bisa mengatakan bahwa ia lebih hebat dari Miss Indonesia dan aneka title Miss lainnya sekalipun.
Cinta oh cinta. Aku tidak sabar ingin bertemu denganmu malam ini.
***
Tak kusangka, cinta membunuhku. Selama ini aku menilaimu salah. Ternyata cinta itu menyakitkan.  Mengapa aku menghiraukan perkataan teman-temanku. Mereka  selalu mengatakan bahwa cinta itu penuh dengan kebohongan, kemunafikan, hanya orang bodoh yang bisa termakan oleh bujuk rayunya.
“Dia itu wanita bermuka dua. Jangan pernah sekalipun jatuh ke perangkapnya. Kata-katanya penuh bisa. Sangat mematikan,” tergiang perkataan salah seorang temanku yang merupakan teman dekat orang yang kucintai itu.
Aku salah menilaimu, Cinta.  Kupikir cinta itu penuh dengan kesetiaan dan kasih sayang seperti lakon ayah dan ibu yang selalu ditampilkan kepadaku dengan penuh kemesraan. Kupikir cinta bukan hanya membuat hari-hariku penuh dengan warna-warni indahnya bersamamu tapi cinta dapat menutup kekosongan hati ini karena kesepiaan tidak memiliki seseorang yang kucinta.
“Sayang, kenapa kau tega membuatku seperti ini,” kataku. “Bukankah cintaku tulus padamu?”
Ia tersenyum sinis. Aku tidak menemukan mata teduh penuh cinta, yang selama ini sering kulihat di kedua matanya yang berwarna biru karena softlens. Paras ayunya berubah mengerikan.
Ternyata, aku tergeletak tidak berdaya gara-gara memenuhi ajakanmu.
“Cinta membunuhku,”  kataku sekali lagi sesaat sebelum aku menutup mata dan kau pun berbisik tepat ditelinga kananku.
“Yah, aku, Cinta membunuhmu. Semua harta kekayaanmu akan kuambil setelah ini.”
Sesuatu menusuk hatiku. Menyakitkan. Dan aku jatuh ke dasar sebuah alam yang tidak kukenal.