Monday, March 11, 2013

Event #PostcardFiction [ SURAT CINTA PINK THEME]: Surat Cinta untuk Tuhan




SURAT CINTA PINK THEME

Surat Cinta untuk Tuhan
Pekanbaru, 10 Maret 2013
            Dear Tuhan,
            Di sepertiga malam terakhir ini aku ingin curhat kepada-Mu. Walaupun lima menit yang lalu aku sudah menumpahkan segala keluh kesahku di sujud terakhirku, tapi rasanya ada sesuatu yang mengganjal di hati ini jika tidak kuceritakan kepada-Mu. Sebelum aku menceritakan ganjalan itu, aku ingin berkata bahwa aku sangat menyayangi-Mu, Tuhan. Sejak aku dekat dengan-Mu, aku merasa damai dan tentram. Apalagi sejak aku memutuskan untuk bercinta pada-Mu di sepertiga malam terakhir yang sudah kulakukan sejak seminggu yang lalu, aku semakin cinta dan sayang kepada-Mu. Aku tahu bahwa sebelum aku dekat pada-Mu, aku selalu menjauhi dan membangkang perintah yang Kau titahkan kepada seluruh manusia yang Kau cintai. Sampai akhirnya Kau murka. Yah, karena sifat angkuhku yang tidak memerlukan bantuan-Mu saat tunanganku meregang nyawa, akhirnya Kau marah dan mencabut nyawanya.
            Dear Tuhan,
            Aku berterima kasih bahwa peristiwa itu menjadikanku seperti sekarang ini. Aku minta maaf. Sungguh aku hanyalah manusia hina dan tidak ada apa-apanya dibanding diri-Mu. Berada didekat-Mu aku tidak merasa sepi lagi semenjak Kau mengambil orang yang kucintai. Mungkin Kau cemburu atau mungkin Kau tidak suka membagi cintaku kepadanya. Tapi, aku tahu bahwa Kau mempunyai alasan dibalik itu semua. Aku hanya ikhlas menerima apapun yang Kau takdirkan karena Kau lebih mengetahui apapun yang terbaik untukku.
            Dear Tuhan,
            Sebenarnya ganjalan yang hadir di hatiku ini adalah aku berharap bisa menemukan seseorang yang mengisi hari-hariku di masa depan. Seseorang yang bisa memimpinku dan menemaniku sampai ajal menjemput kami berdua. Aku tidak bermaksud menduakan-Mu. Bukan, bukan begitu. Kau tetaplah cinta pertama dan terakhirku. Tapi, aku pun juga manusia biasa yang tidak bisa hidup tanpa seseorang disampingku. Kuberharap Kau mempertemukanku dengan seseorang seperti diriku yang mencintai-Mu selamanya.
            Tuhan, entah kenapa aku merasa takut seseorang itu bukan seperti yang kuharapkan. Melihat lakon ayah dan ibu yang dipertontonkan kepadaku lebih banyak cekcok daripada menunjukkan sisi romantisme. Bahkan aku masih mengingat dengan jelas niat ibu yang ingin berpisah dengan ayah. Aku tahu bahwa seseorang itu adalah rahasia-Mu. Dan aku tidak memiliki kekuasaan atas hal itu. Yang bisa kulakukan adalah berusaha memperbaiki diri ini dan berdoa kepada-Mu berharap aku bisa mendapatkan dia sesuai apa yang kuharapkan.
            Dear Tuhan,
            Tolong kuatkan diriku akan masa depan yang belum terjadi. Aku tahu bahwa Engkau sangat mencintaiku dan tidak akan sembarang memilih seseorang untukku. Tapi aku yakinkan diriku bahwa aku harus mempersiapkan diri ini untuk bertemu dengan seseorang dari masa depan. Seseorang yang kuharapkan bisa seperti Rasulullah yang diciptakan untuk Khadijah, Ali untuk Fathimah, Habibie untuk Ainun, Dahlan untuk Nafsiah. Ah, sebelum aku mengakhiri surat ini, sampaikan salamku kepada dia, seseorang dari masa depanku. Aku akan setia menunggu hingga Kau mempertemukan kami berdua.
Salam Cinta
Hamba-Mu
 
           

 



Event #PostcardFiction [ FIKSI MINI DARK THEME]: Cinta Membunuhku



FIKSI MINI DARK THEME     
       Cinta Membunuhku
 
“Jam delapan? Okay, really miss you.” Aku menutup telepon dan tersenyum. Baru seminggu kami berdua menjalani hubungan, aku baru bisa merasakan bahwa diriku telah jatuh cinta. Yah, aku benar-benar telah jatuh ke perangkapnya. Perangkap Cinta. Ah, beginikah rasa cinta itu. Aku akui aku memang telat merasakan cinta.  Pekerjaan adalah segala-galanya bagiku sampai seminggu yang lalu dia membuat hati, pikiran dan tubuh ini tidak bisa tidur sepanjang malam.
Cinta oh cinta, kau begitu mempesona. Aku yakin dia adalah seseorang yang ditakdirkan untukku. Walaupun hanya seminggu mengenalnya, tapi dia merupakan tipe idaman untuk calon pendamping hidupku. Bukan karena paras ayunya  tapi sifat dan sosoknya pun secantik dirinya. Bahkan jika tidak berlebihan aku bisa mengatakan bahwa ia lebih hebat dari Miss Indonesia dan aneka title Miss lainnya sekalipun.
Cinta oh cinta. Aku tidak sabar ingin bertemu denganmu malam ini.
***
Tak kusangka, cinta membunuhku. Selama ini aku menilaimu salah. Ternyata cinta itu menyakitkan.  Mengapa aku menghiraukan perkataan teman-temanku. Mereka  selalu mengatakan bahwa cinta itu penuh dengan kebohongan, kemunafikan, hanya orang bodoh yang bisa termakan oleh bujuk rayunya.
“Dia itu wanita bermuka dua. Jangan pernah sekalipun jatuh ke perangkapnya. Kata-katanya penuh bisa. Sangat mematikan,” tergiang perkataan salah seorang temanku yang merupakan teman dekat orang yang kucintai itu.
Aku salah menilaimu, Cinta.  Kupikir cinta itu penuh dengan kesetiaan dan kasih sayang seperti lakon ayah dan ibu yang selalu ditampilkan kepadaku dengan penuh kemesraan. Kupikir cinta bukan hanya membuat hari-hariku penuh dengan warna-warni indahnya bersamamu tapi cinta dapat menutup kekosongan hati ini karena kesepiaan tidak memiliki seseorang yang kucinta.
“Sayang, kenapa kau tega membuatku seperti ini,” kataku. “Bukankah cintaku tulus padamu?”
Ia tersenyum sinis. Aku tidak menemukan mata teduh penuh cinta, yang selama ini sering kulihat di kedua matanya yang berwarna biru karena softlens. Paras ayunya berubah mengerikan.
Ternyata, aku tergeletak tidak berdaya gara-gara memenuhi ajakanmu.
“Cinta membunuhku,”  kataku sekali lagi sesaat sebelum aku menutup mata dan kau pun berbisik tepat ditelinga kananku.
“Yah, aku, Cinta membunuhmu. Semua harta kekayaanmu akan kuambil setelah ini.”
Sesuatu menusuk hatiku. Menyakitkan. Dan aku jatuh ke dasar sebuah alam yang tidak kukenal.
           

 



Event #PostcardFiction [ FIKSI MINI BLUE THEME]: Pertemuan Dua Hari



FIKSI MINI BLUE THEME

Pertemuan Dua Hari
Hari Pertama
Aku mengelus pipi oval-nya. Lalu mencium keningnya mesra. Dia belahan hatiku. Aku sangat menyayanginya. Belum ada satu orangpun yang bisa menggantikan posisinya di dalam hati ini. Ia membuka matanya perlahan dan menatapku. Senyumnya mengembang menampilkan lesung di kedua pipinya.
            “Besok kita jadi jalan-jalan untuk terakhir kalinya kan?” ujarmu lalu memegang tangan kiriku.
            Aku menganggukkan kepala. “Iya, tiap hari pun aku siap menemanimu jalan kemana saja.”
            “Tapi, lusa adalah hari spesialmu. Pasti setelah itu kita..”
            Aku meletakkan jari telunjukku di depan bibirnya dan menggeleng. Aku tidak ingin kebersamaan kami terganggu hanya karena ia memikirkan hari pernikahanku.
            Ia pun tersenyum. Ah, sudah lama aku tidak melihat senyum manis yang diapit oleh dua lesung pipi yang selalu membuatku iri sejak aku ditakdirkan selalu bersanding disisimu. Aku bukan hanya iri dengan senyum itu, tapi paras dan hatimupun juga. Dulu aku begitu jahat dan selalu acuh padamu. Masih teringat dengan jelas, aku paling tidak suka disamakan dengan dirimu. Aku benci dengan  dirimu begitu pintar dan selalu disanjung-sanjung oleh orang-orang sekitar.
Sedangkan aku selalu dijadikan sebagai bahan  perbandingan denganmu. Kau mawar dan aku hanyalah rumput-rumput liar disekeliling dirimu. Aku pun berjanji bahwa aku bisa lebih hebat darimu. Dan impian itu terwujud. Akhirnya aku bisa meninggalkan dirimu dan memulai karier di luar negeri. Sedangkan kamu hanyalah seorang guru honor yang gajinya tidak ada apa-apanya dibandingkan diriku. Aku merasa puas sekali melihat orang-orang sangat kecewa dengan pilihan hidupmu itu. Tapi, semenjak seminggu yang lalu, sejak aku menerima berita kamu masuk rumah sakit, rasa benci itu berubah menjadi cinta dan sayang.
Hari Kedua
            Aku mengusap airmataku. Aku memegang  kedua tangannya dingin. Ia tersenyum. Terlihat damai. Aku membaca sebuah pesan terakhir yang ia tulis untukku. Tulisan halus kasar yang dulu selalu membuatku iri akan keindahannya.
            “Kak, aku selalu mencintaimu. Aku tahu kakak benci dengan segala kelebihan yang kupunya. Walaupun begitu kakak adalah satu-satunya belahan jiwa yang kumiliki. Kita kembar dan jiwa kita satu. Bahkan aku masih ingat dengan janji masa kecil kita untuk menikah bersama-sama saat dewasa nanti. Aku rela menolak pinangan seseorang karena aku ingin menunggu kakak pulang. Kak, maafkan aku yang belum bisa menjadi seorang adik yang bisa menyenangkan hatimu. Kuberharap kita bisa bertemu di surga-Nya kelak.”
            Aku meremas kertas itu. Aku menyesal karena belum sempat mengatakan betapa aku sangat mencintainya. Aku mencium kening dan kedua pipinya untuk terakhir kalinya. Ciuman ini adalah bukti cintaku padamu. Maafkan diriku atas semua kesalahan yang telah kulakukan.